Rabu, 15 Januari 2014
Senin, 13 Januari 2014
Rabu, 08 Januari 2014
Pola Konsumsi tehadap Kejadian Obesitas Sentral pada Pegawai Pemerintah di Kantor Bupati Kabupaten Jeneponto
Masalah overweight
dan obesitas meningkat
dengan cepat di
berbagai belahan dunia Menuju proporsi epidemik. Di
Negara maju, obesitas
telah menjadi epidemik
dengan memberikan kontribusi sebesar 35%
terhadap angka kesakitan
dan berkontribusi 15-20% terhadap kematian. Obesitas
tidak menyebabkan kematian
secara langsung,
t etapi menyebabkan masalah kesehatan yang serius yang dapat memacu
kelainan kardiovaskuler, ginjal, metabolik, protrombik dan respon inflamasi
(Grundy et al, 2004).
Prevalensi obesitas sentral pada penduduk
Eropa dan Asia
mengalami peningkatan. Prevalensi
obesitas sentral pada laki-laki
AS meningkat dari
37% (periode 1999-2000) menjadi 42.2% (periode
2003-2004), sedangkan prevalensi obesitas sentral pada perempuan AS meningkat
dari 55.3% menjadi 61.3% pada periode yang sama (Li et al, 2007).
Obesitas cenderung
meningkat pada populasi
dewasa. Sekitar 80-90%
kasus obesitas
diperkirakan ditemukan
pada rentang usia dewasa.
Bila dilihat menurut
jenis pekerjaan, Pegawai Negeri
Sipil (PNS) menempati urutan
pertama karakterisitik penderita
obesitas dengan prevalensi tertinggi sebesar 27,3%, ABRI 26,4% dan
wiraswasta sebesar 26,5%.
untuk mendapatkan naskah ini, klik disini.... Download disini.... :))
Selasa, 07 Januari 2014
Dokumen Panjang Word
jika anda ingin mendapatkan naskah dokument panjang ini ....download disini... :))
Community and International Nutrition
In most industrialized
countries the number of elderly people is increasing due to an improvement in
health care and a reduction in birth rates during the past decades (WHO 1989). Population
aging is not only occurring in industrialized countries, but also in developing
countries. It is estimated that in the Southeast Asian region the proportion of
individuals older than 60 y will increase from 5% in 1950 to 11.5% in 2050,`equivalent
to a four-fold increase in absolute numbers (Gopalan 1992). The aging process
is associated with physiological, psychological and socioeconomic changes
leading to nutritional excess,
such as obesity, and deficit, such as micronutrient
deficiency, and their related health outcomes, such as coronary atherosclerosis,
diabetes mellitus, certain cancers and anemia. These changes and outcomes are
evidenced from various studies of elderly people living in industrialized
countries (de
Groot et al. 1991, Hartz et al. 1992, Kromhout et
al. 1990, Wahlqvist et al. 1995a and b). So far, a limited number of studies
have been undertaken to observe the nutritional status of the elderly living in
developing countries.
The Western Pacific study
(Andrews et al. 1986) described sociocultural factors, but not nutritional
factors, of free-living, elderly people living in Fiji, the Republic of Korea,
Malaysia and the Philippines. Recently, Wahlqvist et al. (1995a) reported the
food habits, lifestyles and health status
among the aged in developed and developing
countries. Elderly people living in developing countries have, up to a certain
degree, an inadequate intake of micronutrients, such as vitamin A, thiamine,
riboflavin and vitamin C (Wahlqvist et al. 1995b). However, for certain
micronutrients, intakes are not reflected in plasma or serum levels. In
free-living, middleto upper-class, US elderly, 24% of the men and 39% of the
women had vitamin B-12 intakes below three-fourth
of the recommended dietary allowance (RDA)5; most of these people were able to
maintain normal levels of serum vitamin B-12 despite the low intakes (Ahmed
1992). Little information is available about nutritional status of the elderly
in Indonesia, but it is expected that inadequate food intake is common (Horwath
1989). This was confirmed by a recent study showing
a high prevalence of low body mass index (BMI)
(Rabe et al. 1996) among elderly from Jakarta. A low food intake
untuk mendapatkan naskah ini....
Asam Urat dan Hiperuresemia
Asam urat adalah senyawa nitrogen yang dihasilkan
dari proses katabolisme purin baik dari diet maupun dari asam nukleat endogen (asam
deoksiribonukleat DNA ). Asam uratsebagian besar dieksresi melalui ginjal dan
hanya
sebagian
kecil melalui saluran cerna. Ketika kadar asam urat meningkat, disebut
hiperuresemia, penderita akan mengalami pirai (gout).
Penyebab hiperuresemia karena produksi yang berlebihan atau ekresi yang menurun
(seperti pada gagal ginjal). Produksi yang berlebihan didapatkan pada penderita
dengan keganasan, terjadi turnover purin
dan DNA sangat tinggi. Penyebab lain hiperuresemia adalah alkohol, leukemia,
karsinoma metastatik, multiple myeloma, hiperlipoproteinemia, diabetes mellitus,
gagal ginjal, stress, keracunan timbal,dan dehidrasi akibat pemakaian diuretik.
Peningkatan
kadar asam urat dalam urine disebut urikosuria. Asam urat akan mengalami supersaturasi
dan kristalisasi dalam urine yang akan menjadi batu saluran kencing (BSK)
sehingga menghambat sistem dari fungsi ginjal. Eksresi asam urat dalam urine tergantung
pada kadar asam urat dalam darah, filtrasi glomerulus dan sekresi tubulus asam urat
ke dalam urine. Asam urat kurang mengalami saturasi pada suasana urine yang asam.
Ketika pH urine naik maka asam urat tidak mengalami kristalisasi dan tidak akan
membentuk batu.
untuk mendapatkan naskahnya..
studi tentang konsumsi pangan,status gizi dak aktivitas fisik saat puasa dan tidak puasa
Pola makan adalah cara
makan baik di rumah maupun di luar rumah, yang meliputi frekuensi dan waktu
makan, jenis dan jumlah makanan yang dikonsumsi, termasuk makanan yang diisukai
dan makanan pantangan
Pangan menyediakan unsur-unsur kimia
tubuh yang dikenal sebagai zat gizi. Pada gilirannya, zat gizi tersebut
menyediakan tenaga bagi tubuh, mengatur proses dalam tubuh dan membuat
lancarnya pertumbuhan serta memperbaiki jaringan tubuh. Jika pangan dipilih
secara bijaksana dan seseorang memakannya, dengan cukup, maka pangan tersebut
menyediakan semua zat gizi yang diperlukan tubuh dalam perbandingan yang
diinginkan agar berfungsi dengan baik.
Konsumsi
makanan adalah jenis dan banyaknya makanan yang dimakan dan dapat diukur dengan
jumlah bahan makanan atau jumlah kalori dan zat gizi. Dalam praktek sehari-hari
konsumsi makanan selain diperhitungkan dari persediaan bahan makanan yang harus
disesuaikan dengan ukuran penduduk, rumah tangga/keluarga dan individu, juga
dapat dilihat dari berat badan, tinggibadan, umur dan jenis kelamin. Pada
dasarnya konsumsi makanan dipengaruhi oleh dua faktor pokok yaitu internal dan
eksternal. Faktor internal ialah faktor yang ada pada diri manusia itu sendiri
seperti emosi, kebiasaan/tabu, pendidikan, sex, umur dan kesehatan. Keadaan
tubuh seseorang (kesehatan) seperti sakit, marah atau murung akan mempengaruhi
konsumsi makanan seseorang. Faktor eksternal seperti bahan pangan yang tersedia
oleh alam sekitarnya dan daya beli
merupakan kebutuhan pook manusia
untuk tetap hidup, sehingga dengan pendapatannya, setiap orang akan berusaha
untukmendapatkan makanan yang memadai. Orang atau rumah tangga akan terus
menambah konsumsi makanannya sejalan dengan bertambahnya pendapatan. Namun,
hingga batas tertentu penambahan pendapatan tidak lagi menyebabkan bertambahnya
jumlah makanan yang dikonsumsi. Karena pada dasarnya kebutuhan manusia pada
makanan akan mengalami titik jenuh
untuk mendapatkan naaskahnya .....
Langganan:
Postingan (Atom)
CSE
Loading